TERBANG MENEMBUS BATAS (Pengembangan Perpustakaan Ala Perpuseru)

TERBANG MENEMBUS BATAS
Pengembangan Perpustakaan Ala Perpuseru

Meraih Juara 2 lomba Karya Tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas PHISIP Universitas Terbuka.

LIA Y / NIM : 021322364
310/S1 ILMU PERPUSTAKAAN
UPBJJ BOGOR
TAHUN 2016

JUDUL :
 
           TERBANG MENEMBUS BATAS, 
PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN ALA PERPUSERU

NAMA PENULIS : LIA Y
E-MAIL : yuliaarzasenna@gmail.com


KATA PENGANTAR 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun karya tulis ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam karya tulis ini kami membahas mengenai perkembangan perpustakaan digital di Indonesia dengan judul “TERBANG MENEMBUS BATAS” Pengembangan Perpustakaan Ala Perpuseru.


Karya tulis ini disusun untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka, penulis mengikuti kegiatan ini dalam rangka memperkenalkan program pengembangan perpustakaan yang diterima oleh sebuah perpustakaan desa yang menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia.


Karya tulis ini dibuat dengan berbagai observasi dan studi langsung ke perpustakaan desa yang menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia, Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak Perpustakaan Umum Taman Pamekar yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 


Akhir kata semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 


Sukabumi, 30 September 2016


Penulis
LIA YULIANTI 

ABSTRAK
Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan informasi cukup tinggi dan akan terus meningkat seiring dengan laju jumlah penduduk dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini mengakibatkan jenis layanan pada kebutuhan masyarakat akan informasi perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat akan dapat dengan mudah mendapat dan mengakses informasi yang dibutuhkannya, namun, kebutuhan akan kecepatan dan keakuratan akses informasi saat ini lebih banyak dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat perkotaan sedangkan di pedesaan, masyarakatnya masih mengalami banyak kesulitan dalam mengakses informasi secara cepat karena terbatasnya sarana untuk mengakses informasi secara cepat, hal ini menyebabkan harus adanya peningkatan terhadap program perpustakaan digital di Indonesia terutama di pedesaan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian terhadap sebuah perpustakaan desa yang telah memiliki akses internet di perpustakaannya, perpustakaan tersebut menjadi mitra dari program perpuseru Indonesia. Penulis menyimpulkan bahwa melalui perpuseru dapat menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat dan dapat menjadikan perpustakaan sebagai tempat mengakses segala informasi.

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi di bidang perpustakaan yang lebih dikenal dengan istilah otomasi perpustakaan sudah menjadi suatu tuntutan sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi/informasi dan tuntutan pengguna perpustakaan. Pada dasarnya perkembangan tersebut lebih merupakan perwujudan keinginan pengguna perpustakaan dalam memperoleh informasi yang lebih cepat dan komprehensip untuk memperlancar kegiatan aktifitas penggunanya. Oleh karena itu apabila perpustakaan tidak ingin ditinggalkan oleh penggunanya, maka perpustakaan wajib dan harus meningkatkan kemampuan layanannya baik dari segi sumberdaya manusia maupun infrastrukturnya. Perpustakaan digital merupakan salah satu aspek dalam kegiatan otomasi perpustakaan secara keseluruhan. Terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan perkembangan media informasi dalam perpustakaan, yaitu perpustakaan tradisional, perpustakaan hybrid, perpustakaan digital dan perpustakaan virtual atau maya. Istilah tersebut timbul sebagai akibat dari masuknya teknologi informasi dan komunikasi ke dalam dunia pengelolaan perpustakaan dan memanfaatkan teknologi informasi sangat memerlukan jaringan komputer sebagai pendukung prosesnya. Namun sangat disayangkan, saat ini pengguna perpustakaan digital masih terbatas hanya pada kalangan di perkotaan saja, sehingga masyarakat pedesaan masih banyak yang belum tahu apa itu perpustakaan digital dan masih banyak yang belum mengetahui bagaimana mengakses informasi melalui perpustakaan digital.

BAB I
PERPUSTAKAAN DIGITAL
A. Pengertian Perpustakaan Digital
Sebelum memahami apa itu perpustakaan digital, kita ketahui terlebih dahulu apa itu perpustakaan? Menurut Rahayuningsih, Perpustakaan adalah suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi, bagian pelayanan pengguna, dan bagian pemeliharaan sarana- perasarana. Perpustakaan digital atau dalam bahasa Inggrisnya ialah digital library atau electronic library atau virtual library adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan dapat diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer. Perpustakaan Digital merupakan bagian sebuah jaringan kerja (network).Secara teoretis, pemakai dapat memperoleh salinan digital sebuah dokumen dari manapun juga, asal saja tak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan sosial. Definisi singkat dari perpustakaan digital adalah bentuk perpustakaan yang keseluruhan koleksinya memakai format digital yang disusun dalam sebuah arsitektur komputerisasi. Arsitektur ini disusun dalam sebuah proyek yaitu proyek perpustakaan digital.
Penelitian proyek perpustakaan digital menggunakan WWW (World Wide Web) yang dihubungkan dengan jaringan internet sebagai media penyalur informasi utama. WWW memiliki banyak kelebihan yang didukung berbagai macam protokol komunikasi (contoh : HTTP Istilah perpustakaan digital tidak mudah didefinisikan ketika sejumlah ilmuwan dan profesional mengajukan definisi yang berbeda dengan bersandar pada sudut pandang dan setting keilmuan mereka masing-masing. Permasalahan ini diakui oleh Haigh yang mengutarakan bahwa tidak ada sebuah definisi tunggal mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan perpustakaan digital (“there is not one single definition of what digital library is.”) Sejalan dengan gagasan tersebut. Cool menggarisbawahi bahwa berikut ini adalah defines yang diberikan beberapa pendapat dari pakar di bidang perpustakaan dan informasi : 

1. William Arms mendefinisikan perpustakaan digital sebagai “kumpulan informasi yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses lewat jaringan.” Dia menyebutkan beberapa keuntungan berkaitan dengan perpustakaan digital. Pertama, karya-karya ilmiah dapat ditulis dengan mudah. Kedua, perpustakaan-perpustakaan dapat menjaga dan memelihara koleksi-koleksinya dengan murah dan mudah. Ketiga, dimungkinkan sebagian besar orang berkomunikasi dengan cara yang mudah, murah, dan cepat. Ini dapat terealisir dengan adanya e-mail dan internet. Semua hal tersebut menunjukkan bahwa informasi digital dapat diperoleh dengan mudah kapan saja. 

2. Fecko memandang bahwa perpustakaan digital menawarkan keuntungan-keuntungan yang cukup besar dan pemanfaatannya dipandang sebagai wilayah uji-coba yang menantang dan sangat berguna. Beberapa keuntungan yang disebutkan itu memberikan wawasan baru dalam pengembangan perpustakaan. Pertama, perpustakaan digital menciptakan dimensi baru dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan karena pengguna melakukan penelusuran sejumlah besar informasi dengan cepat. Kedua, dari sisi koleksi, perpustakaan digital dapat menolong memperkecil batasan-batasan antara informasi “kaya” dan “miskin” lewat pemberian akses universal terhadap informasi. Ketiga, koleksi digital mendorong pengguna untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran karena mereka dapat mencari langsung informasi yang diperlukan dari pada harus mengakses sejumlah besar informasi pemanfaatannya masih merupakan kemungkinan.
Dengan demikian, hak-hak peminjaman dan lokasi fisik tidak lagi dipandang sebagai persoalan. Kelima, perpustakaan digital menyediakan fungsi utama karena melayani sumber-sumber informasi dalam format dokumen dan multimedia. Dokumen-dokumen tersebut dapat ditambahkan dan ditemukan-kembali dari perpustakaan. Selanjutnya, Michael Lesk mengajukan definisi perpustakaan digital sebagai kumpulan informasi baik yang dihasilkan lewat digitalisasi maupun pengorganisasian, memberikan kita kemampuan yang belum pernah diberikan perpustakaan tradisional (“a collection of information that is both digitized and organized, gives us powers we never had with traditional libraries”). Dia menyebutkan bahwa membangun perpustakaan digital tidak hanya persoalan menimbun informasi dalam harddisk, namun perpustakaan digital itu melibatkan pennciptaan semua penataan mesin dan manusia, mungkin juga budaya, dimana orang-orang dapat menemukan informasi dan menggunakannya. Dengan demikian, dia menegaskan bahwa perpustakaan digital tidak akan ada gunanya jika pengguna tidak menggunakan dan memanfaatkannya. 

B. Sejarah Singkat Pengenalan Terhadap Perpustakaan Digital

Sejarah singkat pengenalan Perpustakaan Digital yaitu :
Sebelum tahun 1960: Perpustakaan Tradisional.
Pertengahan tahun 1960-1988 : perkembangan teknologi informasi dan jaringan yang dapat mengolah dokumen menjadi lebih mudah dan efisien dengan menggunakan perangkat lunak pengolah kata. Perpustakaan masih berkembang semi modern dengan menggunakan katalog indeks. Gambar: Perpustakaan semi Modern menuju Perpustakaan Digital. 
Tahun 1990: berkembang teknologi internet yang mampu mengakses informasi dengan cepat. Katalog mengalami metamorfosis menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan lebih cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan. 
Tahun 1991: Proyek TULIP (The University Licensing Project), kerjasama beberapa universitas di Amerika dengan perusahaan Elsevier Science, meneliti tentang sistem pengumpulan dan penyimpanan data serta teknik pengaksesan perpustakaan digital. 
September 1995: Proyek NSF/ ARPA/ NASA merupakan lanjutan penelitian Proyek TULIP. Istilah perpustakaan digital digunakan untuk pertama kali dalam bidang pendigitalan dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital.

C. Keunggulan, Manfaat, Dan Konsep Perpustakaan Digital

Keunggulan perpustakaan digital sebagai berikut:
Menghemat ruang
Akses ganda
Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
 Koleksi dapat berbentuk multimedia
Biaya lebih murah
Keunggulan Perpustakaan Digital lainnya adalah Layanan jarak jauh (Long distance service), akses yang mudah, murah (cost effective), pemeliharaan koleksi secara digital, jawaban yang tuntas, dan jaringan globa
Manfaat perpustakaan Digital
Manfaat perpustakaan Digital diantaranya : 
Sebagai sumber pengetahuan 
Media penyebaran pengetahuan 
Untuk penyimpanan (repository) 
Untuk perawatan (Preservasi) 
Media promosi 
Mencegah duplikasi.

Konsep Perpustakaan Digital diantaranya: 

Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang menciptakan sumber-sumber digital yang berasal dari dari koleksinya sendiridan menyediakannya untuk dapat diakses secara online untuk para pengguna virtual. 
Perpustakaan digital berbeda dengan system temu kembali informasi (Information Retrieval System) karena perpustakaan digital mencakup lebih banyak jenis media, menyediakan kegunaan dan layanan tambahan dan mencakup jenis-jenis lain dari siklus hidup informasi, dari penciptaan hingga penggunaan. 
Perpustakaan digital adalah koleksi sumber-sumber elektronik yang menyediakan akses langsung atau tidak langsung kepada koleksi dokumen yang diolah secara sistematis. 
Perpustakaan digital adalah koleksi dokumen dalam bentuk elektronik yang terorganisir, tersedia baik di internet maupun CD-ROM. Pada internet, pengguna sebuah perpustakaan digital ditingkatkan dengan koneksi yang lebih luas. 
Perpustakaan digital adalah sarana untuk mengelola pengetahuan / informasi dalam format digital yang memungkinkan antar muka pengguna secra interaktif dan mendukung pengajaran, riset dan pendidikan seumur hidup. 

D. Perbedaan Perpustakaan Biasa dengan Perpustakaan Digital dan Perpustakaan Masa Depan
PERPUSTAKAAN BIASA
PERPUSTAKAAN DIGITAL
PERPUSTAKAAN MASA DEPAN
Koleksi berupa fisik, disimpan tersusun dalam rak
Koleksi tidak harus berada disebuah tempat fisik
Koleksi lebih ditekankan kepada beberapa konsep diantaranya koleksi yang bermuatan berbentuk terekam digital aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudahan dan kecepatan akses sistem terpasang atau online dan saling keterhubungan antar pusat informasi dan pamakai melalui jaringan informasi.


Jumlah koleksi, karakter koleksi terbatas
Tidak lagi diukur berdasarkan jumlah dan karakter koleksi, lebih berdasarkan pada luas cakupan jaringan informasi yang terbentuk oleh jasa yg disediakannya
koleksi yang bermuatan berbentuk terekam digital aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudahan dan kecepatan akses sistem terpasang atau online dan saling keterhubungan antar pusat informasi dan pamakai melalui jaringan informasi.


Pencarian melalui katalog atau bertanya kepada petugas, dan melakukan pencarian sendiri ke ruang koleksi
Pencarian dapat dilakukan dimana saja asalkan terdapat jaringan internet
Pencarian dapat dilakukan dimana saja melalui perangkat elektronik yang tersmbung dengan jaringan internet


 E. Ciri khas dan arah perpustakaan dimasa depan ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang menjadi bagian dari kehidupan budaya masyarakat modern
 Perkembangan teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi secara signifikan dipengaruhi untuk menunjang kemajuan perpustakaan
Perkembangan informasi dalam bentuk digital dan elektronik dihimpun sebagai sumber informasi perpustakaan
Perkembangan jumlah jenis, dan mutu perpustakaan yang makin merata diberbagai wilayah dan organisasi
Penampilan, performa, kinerja dan citra perpustakaan yang makin baik dengan berbagai fasilitas dan kemudahan .
Jangkauan layanan yang makin luas keberbagai penjuru wilayah, termasuk perkembangan jaringan informasi sebagai media akses informasi
Pengertian, kesadaran, pemahaman, dan kemampuan menggunakan informasi yang meningkat dikalangan masyarakat, terutama yang telah mendapatkan beberapa kemudahan
 Tumbuhnya perhatian dan respon dari masyarakat tentang pentingnya layanan perpustakaan
Lembaga pendidikan yang membuka program perpustakaan dengan berbagai kosentrasi kajian ilmu makin banyak.
Pengertian, penghargaan, lembaga yang berkopeten makin besar, sedangkan pemakai perpustakaan makin luas dan merata.
F. Informasi Di Perpustakaan Digital dan kelemahannya
Internet sering disebut sebagian orang sebagai perpustakaan maya, artinya perpustakaan yang praktis tidak tampak tempatnya, tidak tampak kinerjanya, tidak tampak tujuannya, tidak jelas manajemennya. Namun internet mempunyai kelemahan dibandingkan koleksi cetak,kelemahan kelemahan internet:
1. Internet memang banyak manfaatnya, meskipun bukan segalanya. Sampai saat ini lebih dari satu biliun halaman pada web, kita tidak mungkin dapat membaca semuanya, bahkan hanya melihatnyapun tidak mungkin hingga selesai. Memang mempunyai e-jurnal dan e-book tapi tidak semuanya ditampilkan.
2. Di internet memang tidak ada katalog. Sebagai gantinya kita dapat menggunakan mesin pencarian (search engine) seperti google, yahoo, dan lain-lain. Mencari informasi di web sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Maka kita perlu memanfaatkan mesin pencarian itu.
3. Informasi yang disajikan internet, biasanya tidak ada kontrol tentang kualitasnya terutama informasi yang gratis-gratisan, bahkan yang membayarpun tidak selamanya berkualitas.
4. Memang di internet tidak mungkin ada buku atau tulisan lengkap yang baru terbit ditampilkan secara utuh dan gratis, sebab ini menyangkut hak cipta.
5. Meskipun telah ada internet, hingga saat ini perguruan tinggi mana pun masih memerlukan buku sebagai koleksinya.
6. Perpustakaan maya atau dalam hal ini internet tidak akan sanggup melayani semua anggota masyarakat sewilayah jangkauaan untuk komunitas tertentu.
7. Internet memang sangat banyak dan meluas, namun informasinya relatif dangkal. (jarang ada jurnal yang full text dilayankan secara gratis, juga buku-buku ilmiah dan buku-buku lain yang tidak dapat diakses.

BAB II

 PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI
Penerapan atau biasa disebut pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, diperlukan perencanaan dan strategi yang matang serta penyediaan infrastruktur TIK di antaranya adalah perangkat keras berupa komputer, server, printer, barcode reader, scaner, kamera digital dan lain-lain, serta penyediaan perangkat lunak berupa program aplikasi perpustakaan. Perangkat lain yang dibutuhkan adalah telekomunikasi seperti telepon, fax, HAB, modem untuk sambungan internet dan jaringan lokal komputer.Penerapan teknologi informasi di perpustakaan saat ini sudah menjadi ukuran untuk mengetahui tingkat kemajuan dari perpustakaan tersebut, bukan lagi pada besarnya gedung yang dipakai, banyak rak buku, ataupun berjubelnya pengguna. Semakin canggih dan otomatis kinerja perpustakaan maka semakin maju perpustakaan itu. Alasannya sederhana dengan teknologi informasi maka akan lebih banyak yang dikerjakan dan dilayani.
A. Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi
Pada umumnya, teknologi informasi di perpustakaan terdiri atas beberapa komponen yaitu:
1. Perangkat keras seperti server, modem, scanner, harddisk, printer, CD Writer, CD-ROM, kamera digital, dan sebagainya.
2. Perangkat lunak seperti database, indexing, internet, WB, server dan sebagainya
3. Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai keterampilan di bidang teknologi informasi dan pengetahuan perpustakaan.
4. Koleksi perpustakaan yang mengarah pada koleksi elektronik
Walaupun spesifikasi alat yang dibutuhkan oleh perpustakaan seperti tersebut, namun dalam implementasinya tidak harus memerlukan keseluruhan alat di atas, mengingat dana yang di alokasikan perpustakaan masih minim. Untuk itu dalam pengembangan teknologi informasi di perpustakaan dapat melalui beberapa tahap yaitu komputerisasi perpustakaan, pengembangan koleksi elektronik, penyediaan sarana dari sumber internet dan koperasi dengan organisasi perpustakaan lokal dan luar negeri maupun juga melalui swadaya dari masyarakat sekitar perpustakaan.
Implementasi teknologi informasi di perpustakaan dapat mengubah citra perpustakaan. Dahulu kita sering mengenal istilah “perpustakaan adalah tempat buangan” atau “perpustakaan hanya gudang buku saja, “pustakawan adalah hanya seorang penjaga rak saja”, dan sejenisnya, namun dengan adanya teknologi tersebut citra perpustakaan jadi berubah, dalam hal ini, kondisi perpustakaan dulu (tradisional) lambat laun berubah menjadi perpustakaan modern, dimana teknologi informasi menjadi pilar utama operasional perpustakaan, sehingga akhirnya kita mengenal istilah perpustakaan modern seperti electronic library, digital library, cyber library, komputerisasi perpustakaan dan perpustakaan maya (virtual library). Perpustakaan digital (digital library) memfokuskan pada penyediaan layanan bahan pustaka full text berformat digital dan bahan multi media berbasis web atau CD sedangkan cyber mengacu kepada kehidupan maya dalam jaringan komunikasi global. Dari semua istilah tersebut di atas dapat dikatakan bahwa teknologi informasi merupakan tulang punggung (backbone) bagi perpustakaan modern.
B. Pustakawan dan Teknologi Informasi
Salah satu kendala dalam implementasi teknologi informasi di perpustakaan adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) perpustakaan. Kondisi SMD perpustakaan di Indonesia pada umumnya adalah secara kualaitas dan kuantitas masih terbatas, tidak merata dan kurang adanya kreativitas dan keinginan untuk menekuni profesi secara mendalam. Sementara itu, perpustakaan berbasis teknologi informasi menuntut SDM (pustakawan) yang memiliki keterampilan di bidang database, aplikasi perpustakaan, internet, jaringan serta pengelolaan komputer. Untuk menjaga kualitas SDM, maka pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus mempunyai persepsi dan meyakini bahwa TI merupakan bagian penting dalam pengelolaan perpustakaan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka pemberian pendidikan dan pelatihan (Diklat) tentang teknologi informasi sangat perlu dilakukan. Tujuan pelatihan atau lokakarya implementasi teknologi informasi di perpustakaan adalah:
1. Untuk memberikan informasi tentang pentingnya teknologi informasi bagi perpustakaan
2. Untuk menyediakan akses informasi yang diperlukan bagi kegiatan pendidikan dan penelitian di perpustakaan.
3. Untuk mengimplementasikan sistem informasi perpustakaan.
4. Untuk meningkatkan pelayanan dan fungsi tenaga perpustakaan
Dengan pemberian pelatihan atau lokakarya diharapkan staf perpustakaan mengenai teknologi informasi menjadi meningkat. Di samping itu, dengan adanya pelatihan atau lokakarya itu, minat para staf terhadap aplikasi teknologi informasi menjadi tinggi, serta adanya citra (image) pustakawan modern meningkat.
Penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut:
Teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen perpustakaan.
Teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital.
C. Otomasi Perpustakaan
Otomasi Perpustakaan (library automation) atau lebih tepatnya sistem otomasi perpustakaan (library automation system) adalah seperangkat aplikasi komputer untuk kegiatan di perpustakaan yang terutama bercirikan penggunaan pangkalan data ukuran besar, dengan kandungan cantuman tekstual yang dominan, dan dengan pasilitas utama dalam hal menyimpan, menemukan, dan menyajikan informasi.
1). Fungsi sistem otomasi perpustakaan
Pangkalan data, khususnya pangkalan data bibliografis, tetapi juga pangkalan data pengguna dan administrasi.
Sistem temu kembali informasi, khususnya dalam bentuk katalog.
Fasilitas dan akses online, khususnya yang memungkinkan intraksi jarak jauh.
Menurut mulyadi,fungsi dan tujuan sistem otomasi bagi perpustakaan ada dua, yaitu:
Fungsi operasional (substantif) perpustakaan yaitu pengadaan, pengelolaan, dan pelayanan perpustakaan.
Fungsi menejerial yang meliputi: kepegawaian, keuangan, humas, perencanaan, analisis operasional, pengendalian dan pengawasan manajemen, dapat dilakukan secara terotomasi.
Sedangkan menurut Lasa, sistem (fungsi) ini terdiri dari:
sistem pengadaan dengan cara pembelian, tukar menukar publikasi, membuat sendiri. 
Sistem pencatatan yaitu mencata semua bahan informasi yang diterima perpustakaan dan perlu direncanakan terlebih dahulu. Mencatat bisa dalam bentuk buku, kartu, atau softwere tertentu. 
Sistem pengatalogan (OPAC).
2). Tujuan sistem otomasi perpustakaan juga ada dua, yaitu:
Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka tentang informasi secara lebih cepat, tepat, dan akurat.
Untuk memenuhi kebutuhan pengelolah, dan menyajikan koleksi, serta melayani pemustaka secara lebih efektif dan efesien.
3). Memulai otomasi
Membuat suatu studi kelayakan untuk mempertimbangkan dan memutuskan sisitem yang mana yang akan dipilih. Apakah sistem itu betul-betul sesuai dengan kebutuhan; apakah harga atau biaya bisa dipenuhi dan disetujui; apakah cukup mudah menggunakannya?
Studi kelayakan itu bisa dibuat sendiri tetapi sebaiknya didiskusikan dengan bagian teknologi atau pusat pengelolahan data internal instansi untuk mendapatkan ide dan pandangan yang lebih mantap.
Teliti beberapa sistem yang kira-kira akan dapat memenuhi syarat, dan adakan semacam undangan untuk demo bagi para supplier yang akan menjual sistem-sistem tersebut.
Perlu dilakukan peninjauaan ke beberapa perpustakaan di Indonesia bahkan ke Luar negri, misalnya negara-negara tetangga yang telah lebih maju di bidang teknologi perpustakaannya seperti singapura dan malaysia.
Menghadiri seminar tentang teknologi informasi dan otomasi perpustakaan dan mengikuti pendidikan otomasi perpustakaan dan teknologi di bidang informasi.
Mengevaluasikan sistem mana yang akan diterapkan.
Memikirkan langkah selanjutnya bagai mana pelaksanaan penerapannya.
Setelah dipertimbangkan, adakah kontrak pembelian yang tidak hanya menguntungkan pihak penjual saja, tetapi juga menguntungkan pihak pembeli dan pengguna sistem. Mencari vendor yang bersedia memberikan jasa pelayanan jika kurang mengerti dan menjelaskannya.
Menanyakan beberapa hal tentang komputer di lembaga atau sekolah jika diperlukan.
4). Resiko otomasi perpustakaan
Kekurangan sumber daya
Ketergantungan akan sistem menjadi mutlak. Sering terjadi ketika pembaharuan sistem yang dipakai ternyata terlalu cepat bagi perpustakaan, sehingga sukar baginya untuk mengejar kemutakhiran sistem dan memerlukan tambahan sumber daya yang memadai.
Perubahan pola organisasi
Dengan berubahnya alur kerja berdasarkan konsepsi otomasi, dituntut perubahan pola atau struktur organisasi.
Dampak pada staf
Banyak disebut penolakan staf terhadap sistem otomasi.

BAB III
PERPUSERU INDONESIA
Apa itu Perpuseru Indonesia
Program PerpuSeru adalah program pengembangan perpustakaan yang didukung oleh Coca-Cola Foundation Indoneesia dan Bill & Melinda Gates Foundation, sejak November 2011, yang bertujuan untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar dan berkegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dengan tujuan dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pada fase program yang pertama, PerpuSeru bermitra dengan 34 perpustakaan di 16 provinsi di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 28 perpustakaan kabupaten/kota, 1 perpustakaan provinsi, 3 perpustakaan desa/kelurahan, dan juga 2 Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Pada fase program yang kedua program PerpuSeru memperluas area binaan ke 76 perpustakaan desa dan TBM di 19 perpustakaan kabupaten/kota yang telah menjadi mitra program PerpuSeru, dengan memberikan pendampingan kepada perpustakaan kabupaten/kota untuk melakukan pelatihan dan mentoring ke perpustakaan di tingkat desa terkait advokasi, bagaimana meningkatkan akses dan penggunaan layanan komputer dan internet oleh masyarakat, dan bagaimana memfasilitasi kebutuhan masyarakat melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat.
Mulai 1 Oktober 2015, PerpuSeru telah memasuki fase perluasan yang akan memperluas area kerja ke 80 perpustakaan daerah kabupaten/kota yang baru di Indonesia. Saat ini program sedang melakukan proses seleksi ke perpustakaan-perpustakaan daerah yang mau berkomitmen untuk merubah perpustakaan daerah nya menjadi pusat belajar masyarakat yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dapat membantu masyarakatnya mendapatkan hidup yang lebih baik.
Tujuan dan Visi Perpuseru Indonesia
Untuk mengurangi kemiskinan informasi dan meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi masyarakat di Indonesia dengan mentransformasi perpustakaan daerah dan desa menuju pusat informasi pembelajaran yang menjawab kebutuhan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap teknologi dan layanan yang relevan.

Visi Perpuseru Indonesia
Memberdayakan masyarakat Indonesia untuk menghasilkan perubahan sosial yang positif dengan mentransformasi perpustakaan umum menjadi terbuka, dapat diakses masyarakat untuk mendapatkan kesempatan, kreativitas, pengetahuan dan pembelajaran.
Strategi Pokok untuk mencapai Visi dan Misi PerpuSeru

Peningkatan kapasitas staf perpustakaan
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan layananan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat, staf perpustakaan diberikan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan komputer dan internet terkait dengan peningkatan layanan teknologi informasi dan komunikasi, pelatihan advokasi dan membangun kemitraan, dan pelatihan pelibatan masyarakat.
Penyediaan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
PerpuSeru Indonesia memberikan stimulan kepada mitra perpustakaan untuk peningkatan layanan teknologi informasi dan komunikasi, berupa 4 unit komputer untuk setiap perpustakaan, 3 unit komputer untuk setiap perpustakaan desa dan TBM, piranti lunak (software) pendukung dan jaringan internet. Tujuan dari stimulan ini adalah mendorong perpustakaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana layanan TIK, baik dari sisi penambahan jumlah unit komputer dan penambahan bandwidth internet di perpustakaan. Untuk penyediaan jaringan internet dan peningkatan bandwidth internet di perpustakaan dengan harga terjangkau, program PerpuSeru telah bermitra dengan PT. Telkom Indonesia Tbk yang merupakan badan usaha telekomunikasi di Indonesia.
Advokasi dan membangun kemitraan
Advokasi dan membangun kemitraan perlu dilakukan untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan penganggaran untuk keberlanjutan pengembangan perpustakaan. PerpuSeru menyadari bahwa pengembangan perpustakaan tidak bisa berkelanjutan jika hanya dilakukan oleh perpustakaan dan PerpuSeru saja, untuk itu diperlukan dukungan dari pihak pemerintah dan sektor swasta. Advokasi dan kemitraan merupakan salah satu komponen dalam peningkatan kapasitas staf perpustakaan sehingga diharapkan perpustakaan mampu untuk melakukan advokasi dan membangun kemitraan dengan pihak-pihak yang dapat mendukung keberlanjutan pengembangan perpustakaan.

Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mendokumentasikan capaian dan pembelajaran program, dan memastikan pelaksanaan program masih sesuai dengan tujuan program
Profil Perpustakaan Umum Taman Pamekar sebagai Mitra Perpuseru Indonesia

IDENTITAS PERPUSTAKAAN
NAMA PERPUSTAKAAN : TAMAN PAMEKAR
DESA : KABANDUNGAN
KECAMATAN : KABANDUNGAN
ALAMAT : JL.TIRTA ATMAJA NO.2 KABANDUNGAN
TAHUN BERDIRI : 2002
E-MAIL : tamanpamekarperpustakaan@yahoo.com
JUMLAH PENGELOLA : 2 ORANG

TENTANG PERPUSTAKAAN
Perpustakaan umum Taman Pamekar berdiri atas prakarsa dari Kepala Desa Kabandungan Bapak Ujang Suherman yang peduli pada minat baca masyarakatnya yang masih rendah.
Dengan bantuan dari program CSR dari UNOCAL GEOTHERMAL INDONESIA (Sekarang CHEVRON GEOTHERMAL SALAK, Ltd.) bapak kepala desa dapat mendirikan perpustakaan umum yang diberi nama Perpustakaan Umum Taman Pamekar. Pada tanggal 20 November 2002 perpustakaan umum Taman Pamekar resmi dibuka untuk melayani masyarakat desa Kabandungan khususnya dan masyarakat Kecamatan Kabandungan pada umumnya.
Nama Taman Pamekar diberikan oleh bapak kepala desa yang diambil dari sebuah judul buku bacaan anak-anak berbahasa sunda, yang mana judul buku tersebut mengingatkan beliau buku tersebut adalah salah satu buku yang sangat digemari untuk dibaca bapak kepala desa sewaktu beliau masih bersekolah di sekolah dasar (SD).
Pada tahun 2016 ini, Perpustakaan Umum Taman Pamekar melalui Badan Perpustakaan Daerah (Bapusda) Kabupaten Sukabumi mendapatkan sebuah kesempatan untuk mengikuti seleksi menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia, terdapat 381 Perpustakaan peserta seleksi, dikerucutkan menjadi 40 perpustakaan, dan diseleksi kembali menjadi 10 perpustakaan yang akan menjadi mitra Perpuseru Indonesia dan salah satunya adalah perpustakaan umum Taman Pamekar.
Akan tetapi terdapat syarat-syarat dan ketentuan yang harus disanggupi oleh perpustakaan desa calon mitra Perpuseru berupa persyaratan mengenai harus tersedianya tenaga/daya listrik yang cukup di perpustakaan dan perpustakaan harus telah terhubung dan memiliki jaringan internet sendiri, dan pengelola perpustakaannya harus bersedia mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Perpuseru Indonesia.
Pelatihan-pelatihan yang diikuti adalah berupa :
Pelatihan strategi pengembangan perpustakaan berbasis TIK
Pelatihan system otomasi perpustakaan
Pelatihan komputer
Pelatihan internet
Pelatihan penerapan perpustakaan digital
Selain persyaratan tersebut, Perpustakaan yang menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia harus bersedia menyelenggarakan kegiatan pelibatan masyarakat berupa pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di perpustakaan.
Dengan menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia, kini di Perpustakaan Umum Taman Pamekar selain layanan sirkulasi, layanan baca, layanan storytelling, terdapat juga layanan komputer dan internet, sehingga masyarakat desa Kabandungan dapat mengakses informasi yang dibutuhkannya bukan hanya melalui buku-buku yang ada di perpustakaan saja akan tetapi dapat mencari informasi melalui internet.
Selain itu Perpustakaan Umum Taman Pamekar secara rutin mengadakan kegiatan pelibatan masyarakat berupa pelatihan komputer, pelatihan internet positif, pelatihan sablon manual, pelatihan keterampilan, pelatihan online shop, penyuluhan remaja sehat, penyuluhan edutorism.
 Seluruh kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Umum Taman Pamekar diselenggarakan secara gratis.
Dengan menjadi mitra dari Perpuseru Indonesia, pengelola perpustakaan dapat belajar bagaimana strategi untuk mengadvokasi dan membangun kemitraan dengan berbagai instansi dan perusahaan, sehingga dengan adanya kemitraan dengan dinas terkait dan perusahaan yang membantu, dengan bantuan yang didapatkan perpustakaan dapat menyelenggarakan beragam kegiatan pelibatan masyarakat secara gratis.
Melalui program Perpuseru Indonesia, perpustakaan-perpustakaan yang menjadi mitranya dapat berkembang dari perpustakaan desa biasa menjadi perpustakaan desa digital, yang mana semua informasi apapun yang dibutuhkan dapat dicari di perpustakaan. Kini bukan hanya masyarakat perkotaan saja yang dapat memanfaatkan dan melakukan pencarian informasi secara cepat, masyarakat pedesaan pun dapat mengakses informasi secara cepat melalui perpustakaan desa yang telah bertransformasi dalam pelayanannya.
Hal ini merupakan langkah dan strategi yang sangat berhasil untuk perkembangan perpustakaan digital di Indonesia. Melalui Perpuseru perpustakaan-perpustakaan desa yang menjadi mitranya dapat terbang menembus batas.

KESIMPULAN
Perpustakaan Digital merupakan bagian sebuah jaringan kerja (network). Secara Teoretis, pemakai dapat memperoleh salinan digital sebuah dokumen dari manapun juga, asal saja tak ada kendala keamanan, politik, ekonomi dan social. perpustakaan digital masih mengandung konsep awal dari kepustakawanan. Hal ini tercermin dalam kata-kata memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya. Kesemua kegiatan ini dilakukan oleh perpustakaan dan berbagai institusi lain seperti pada lembaga arsip, dokumentasi, dan museum sejak manusia mengenal kehidupan yang berbasis buku dan dokumen dalam arti luas. 
Dapat disimpulkan bahwa keuntungan perpustakaan Digital yaitu : 
1. Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. 
2. Institusi dapat berbagi koleksi digital. 
3. Koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal. Penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik. 
5. Nilai jangKa panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampainnya mudah dalam mengakses, memproduksi, dan menyebarkannya. 
6. mendukung program pendidikan jarak jauh. Mudah, cepat, murah dengan jangkauan dunia. 
Melalui program Perpuseru Indonesia, menjadikan Perpustakaan Daerah Provinsi, dan Perpustakaan Daerah Kabupaten/Kota, serta perpustakaan - perpustakaan desa yang menjadi mitra Perpuseru Indonesia berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu layanan, menigkatkan teknik pengelolaan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkannya.Sehingga masyarakat dapat terbang menembus batas dalam pencarian informasi yang dibutuhkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Herlina. Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Palembang : IAIN raden fatah press. 2006. 
Lasa. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media.
Laxman Pendit, Putu. Perpustakaan Dijital. Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri. 2009.
_____Perpustakaan Digital : Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2007.
Mulyadi. Otomasi Perpustakaan Berbasis Web. Palembang: Noer Fikri. 2012
Rahayuningsi, F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
Rimbarawa, Kosam. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: IPI. 2006.
Saleh, Abdurrahman. Pengantar Kepustakaan. Bogor: Sagung Seto. 2009.
Srihartina dkk. Penelusuran literatur. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka. 2010.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. 2006.
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, 1993. 
Suprianto, Wahyu. dkk. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
Supriyanto, Wahyu. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2008.
Sutarno. Mengenal perpustakaan. Jakarta: Jala Permata. 2006.
Yusup, Pawit M. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Informasi retrieval. Jakarta: Kencana. 2010.
www.perpuseru.org Diakses senin jam 08:18 27-09-2016.
Perpustakaan umum Taman Pamekar Desa Kabandungan Kec. Kabandungan Sukabumi.
https://www.facebook.com/perpustakaan.tamanpamekar Diakses senin 27/9/16


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Bernama lengkap Lia Yulianti merupakan seorang perempuan yang memiliki hobi membaca dan berselancar di dunia maya, terlahir di daerah terpencil di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Ibu dari sepasang putra putri ini kini bertempat tinggal di  Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi ini sehari-harinya berkegiatan sebagai pengelola perpustakaan di Perpustakaan Umum Taman Pamekar. Saat ini juga tengah menempuh pendidikan di Universitas Terbuka program S1 Ilmu Perpustakaan semester 3.
Ibu dari M Malik Alfaridzky dan Selvina Maulida ini sekarang sedang merintis kemampuannya dalam dunia tulis menulis yaitu diantaranya aktif mengisi blog pribadinya dan aktif dalam kegiatan yang berbasis kemasyarakatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam melakukan tahap penilaian arsip.

FUNGSI TEKNOLOGI MEDIA DI PERPUSTAKAAN